PROBLEM SOLVING
Problem Solving adalah sebuah usaha
untuk menemukan cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan ketika tujuan
tersebut tidak langsung diraih (Laura A. King, 2010). Secara umum dapat
dikemukakan bahwa problem itu timbul apa bila ada perbedaan atau konflik antara
keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut, atau
juga sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara das
Sein dan das Sollen (Bimo Walgitu, 2005).
Pada dasarnya masalah pastilah memiliki
kesamaan tertentu. Masalah memiliki awalan-keadaan saat ini atau tingkat
pengetahuan orang yang mampu menyelesaikan masalah. Maslah memiliki tujuan-
yaitu apa yang coba didapatka si pemecah masalah. Kebanyakan masalah juga
memaksa orang yang akan memecahkan masalah untuk membagi tujuannya menjadi
sub-sub tujuan yang ketika dikuasai menghasilkan pencapaian tujuan. Terakhir
masalah membutuhkan oprasi kinerja (Schunk, 2012).
Jadi, tidak semua aktivitas pembelajaran
mencakup pemecahan masalah. Pemecahan masalah biasanya tidak mencakup ketika
kemampuan siswa begitu baik sehingga secaara otomatis melakukan
tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan, yang muncul dalam berbagai kemampuan
dalam ranah yang berbeda. Pemecahan masalah juga tidak mungkin terjadi pada
tingkat rendah (mungkin sepele) belajar, dimana siswa tahu apa yang harus
dilakukan untuk belajar(Schunk, 2012).
Beberapa perspektif sejarah pada
pemecahan masalah diperiksa sebagai latar belakang saat kognitif dilihat,
diantaranya: trial and error, pemahaman, dan heuristic (Schunk, 2012).
Trial
and error. Penelitian Thorndike
(1913) terhadap kucing diantaranya membutuhkan pemecahan masalah. Masalahnya
ialah bagaimana meloloskan diri dari kandang. Thorndike menjadikan pemecahan
masalh sebagai uji coba. Hewan itu mampu melakukan perilaku tertentu dalam
kandang. Dari pengulangan perilaku tersebut, hewan melekukan satu perilaku dan
merasakan pengaruhnya. Setelah serangkaian perilaku acak, kucing merespon bahwa
dengan membuka palka, akan membuat dia meloloskan diri. Dengan percobaan yang
di ulang-ulang , kucing membuat sedikit kesalahan sebelum meloloskan diri, dan
waktu yang dibutuhkan dalam memecahkan maslah tersebut semakin sedikit.
Pemahaman. Pemecahan masalah sering
diperkirakan melibatkan pemahaman. Walles
(1921) mempelajari pemecah masalah besar dan merumuskan empat langkah model
sebagai berikut:
·
Persiapan: waktu
untuk mempelajari masalah dan mengumpulkan informasi yang mungkin sesuai dengan
solusi.
·
Inkubasi: Masa
memikirkan masalah, yang mungkin juga mencakup menempatkanmasalah selain untuk
sementara waktu.
·
Iluminasi :
Sebuah periode wawasan dengan solusi potensial tiba-tiba datang kekesadaran.
·
Verifikasi:
Sebuah waktu untuk menguji solusi yang diusulkan untuk memastikan apakah itu
benar.
Banyak orang yang mampu menyelesikan
masalah menyatakan bahwa mereka memiliki waktu tersenditi untuk memahami maslah
tersebut. Watson dan Crick merasakan momen pemahaman saat menemuka struktur
DNA. Penelitian yang dilakukan Katona. (1940) menunjukan kegunaan pemahaman
dibandingkan hafalan. Dalam sebuah penelitiannya, partisipan diminta untuk
mempelajari urutan angka (misalnya 729687451245254). Beberapa mempelajari
dengan menghafal sementara yang lain diberikan petunjuk untuk mempelajarinya
(misalkan, pikirkan angka-angka kuadrat). Dapat ditunjukan bahwa Partisipan
yang menentukan aturan untuk memahami lebih baik dari pada yang menghafal.
Aturan menyebabkan belajar lebih baik
dan awet daripada menghafal karena aturan memberikan deskripsi sederhana dari
fenomena tersebut sehingga lebih sedikit informasi yang harus dipelajari.
Selain itu, aturan membantu mengorganisasikan materi. Untuk mengingat kembali
informasi, kita ingat aturan dan kemudian mengisi detailnya. Sebaliknya,
menghafal mengharuskan kita mengingat lebih banyak informasi. Menghafal umumnya
tidak efisien karena situasi yang paling memiliki beberapa susunan (Wertheimer,
1945). Masalah diselesaikan dengan menemukan susunani situasi dan hubungan dari
unsur-unsur untuk memecahkan masalah. Dengan mengatur dan menata ulang elemen
tersebut, partisipan akhirnya mendapatkan pemahaman menuju solusi.
Köhler (1926) melakukan penelitian yang sangat baiik
mengenai pemecahan masalah dengan kera di pulau Tenerife selama Perang Dunia I.
Dalam satu percobaan, Köhler menempatkan pisang diluari jangkauan kera dalam
sangkar, kera bisa mengambil pisang dengan menggunakan tongkat panjang atau
dengan meletakkan dua tongkat bersama-sama. Köhler menyimpulkan bahwa pemecahan
masalah adalah menggunakan pemahaman: Hewan mengamati situasi, tiba-tiba
"melihat" sarana untuk mencapai tujuan, dan mengujinya. Usaha pertama
gagal karena dia mencoba strategi yang tidak efektif (Misalnya, melemparkan
tongkat di pisang). Akhirnya mereka melihat tongkat sebagai perpanjangan lengan
mereka dan itu tepat.
Penghambat dalam pemecahan masalah adalah functional
fixedness, atau ketidakmampuan menerima gegunaan yang berbeda bagi objek-objek
atau konfigurasi elemen baru pada sebuah situasi (Duncker, 1945).
Penelitian psikologi menunjukan empat
langkah dalam proses pemecahan masalah, diantaranya (Laura A. King, 2010) :
1.
Menemukan dan
membatasi masalah.
2.
Mengembangkan
setrategi-setrategi pemecahan masalah yang baik.
3.
Mengevaluasi
solusi- solusi.
4.
Memikirkan
kembali dan mendefinisikan kembali masalah dan solusi yang dihasilkan seiring
dengan waktu.
Mari kita menelusuri bagaimana tiap-tiap
langkah memberikan sumbangan untuk memecahkan masalah.
1.
Menemukan dan
membatasi masalah.
Seperti
apa yang dikatakan di awal, memahami atau menyadari adanya sebuah permasalahan
adalah langkah pertama untuk munculnya solusi. Menemukan dan membuat batasan
permasalahan seringkali proses bertanya dengan cara-cara yang kreatif dan
melihat apa yang tidak dilihat orang lain. Seperti halnya para penemu yang
melihat masalah yang semula tidak dianggap masalah oleh orang lain: siapa yang
membutuhkan leptop?, sebuah telephon?, sbuah i-ped?, sebuah lampu bohlam?,
jawabanya adalah setiap orang (setidaknya untuk saat ini), namun hanya orang
yang visioner ini yang dapat melihat masalah yang dapat diatasi, sementara
orang kebanyakan cukup puas dengan kenyataan saat itu. Mengenali masalah melibatkan
proses menyadari pengalaman dan keterbukaan terhadap pengalaman itu sendiri.
Hal ini juga berarti mendengarkan secara seksama pada suara-suara yang ada
dikepala yang terkadang menyampaikan, “pasti ada cara yang lebih baik.”
2.
Mengembangkan
setrategi-setrategi pemecahan masalah yang baik.
Diantara
sejumlah setrategi yang efektif, ada beberapa metode yaitu: membuat
tujuan-tujuan lebih kecil (subgoaling), algoritma, heuristic.
Membuat tujuan-tujuan lebih kecil (subgoaling). Melibatkan tujuan-tujuan jangka
menengah atau mendefinisikan masalah masalah jangka menengah yang memberikan
anda situasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan atau solusi akhir. Misalkan
saat anda menulis makalah pada kelas psikologi pembelajaran. Maka anda akan
membuat tujuan-tujuan yang lebih kecil untuktugas ini. Bila makalah tersebut
harus diselesikan selama satu minggu, maka hari pertama anda akan mencari
referensi berupa jurnal penelitian serta buku-buku referensi yang terkaid
dengan tugas anda. Dan esok harinya anda bisa menghasilkan draf pertama
danseterusnya sebelum tanggal pengumpulan. ketika itu, anda menetapkan
tujuan-tujuan yang lebih kecil untuk memenuhi tanggat waktu yang ditentukan,
anda bekerja kearah yang berlawanan.bekerja kearah yang berlawanan dengan
menentukan tujuan-tujuan yang lebih kecil yang paling dekat dengan tujuan
akhir, dan kemudian bekarja kebalakang hingga mencapai titik terdekat dengan
tahapan awal untuk menyelesaikan
masalah.
Algoritma (algorithms) adalah setrategi-setrategi yang menjamin solusi untuk
masalah. Algoritma- algoritma dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti
Rumus-Rumus, industry danmenguji segala kemungkinan solusi. Kita sering
menggunakan setrategi algoritma dengan memasak (dengan mengikuti Resep) dan
mengemudi (dengan mengikuti petunjuk arah ke sebuah alamat).
Setrategi
algoritma dapat memakan waktu yang lama. Duduk di hadapan setumpukan huruf
dalam permainan Scrabble, anda mungkin akan diri anda tengah mengarahkan
batu-batu huruf dan mencoba semua kemungkinan kombinasi untuk menghasilkan kata
yang bernilai benar. Mencoba semua kombinasi yang mungkin adalah cara untuk
menyelesaikan masalah. Kendati demikian sebaiknya algoritma digunakan pada
pemecahan masalah yang mempunyai kemungkinan yang terbatas.
Heuristik (heuristics). Adalah setrategi-setrategi yang
menggunakan jalan pintas atau panduan yang mengarahkan, namun tidak nenjamin
sebuah solusi untuk setiap masalah. Dalam permainan Scrable anda mungkin juga
dapat menggunakan dasar mengenai kata-kata dan bahasa, beberapa aturan
sederhana tentang apa yang bisa diletakkan bersebelahan. Anda tahu bahwa bila
anda memiliki huruf q, anda akan membutuhkan huruf u. bila anda memiliki huruf
x dan sebuah t, maka kemungkinan besar t tidak akan di tempatkan setelah huruf
x. Dengan situasi seperti itu, Heuristik
menungkinkan kita lebih efisien dalam bekerja disbanding dengan algoritma.
Heuristic
merupakan metode umum unruk memecahkan masalah yang menggunakan
perinsip-perinsip (aturan praktis). Daftar oprasi mental Polya (1945/1957) yang
mencakup pemecahan masalah, sebagai berikut(Schunk, 2012):
·
Memahami masalah
·
Merancang
rencana
·
Menjalankan
rencana
·
Melihat kembali
Memahami masalah dengan bertanya : “apa
yang tidak anda ketahui?” dan “apa datanya?”, seringkali membantu dalam membuat
diagram yang menampilkan informasi yang dibutuhkan. Dalam membuat rencana,
memecah masalah menjadi sub-sub tujuan memiliki manfaat, karena tetap memiliki
masalah yang sama dan bagai mana menyelesaikannya. Ketika menjalankan rencana
memeriksa ketepatan pelaksanaan merupakan hal yang penting. Melihat
kembaliberarti memeriksa solusi.
Heuristic umumnya sangat berguna ketika
kita bekerja dengan konten yang tidak dikenal. Heuristic itu akan kurang
efektif dalam ranah yang telah dikenal, karena ketika kemampuan dalam ranah
spesifik berkembang, siswa secara otomatis akan menggunakan pengetahuan
procedural yang ada(Schunk, 2012).
3.
Mengevaluasi solusi- solusi
Sesudah
kita berfikir bahwa kita telah menyelesaikan sebuah masalah, kita tidak akan
tahu seberapa efektifnya solusi yang kita gunakan, sampai kita menemukan hal
itu bekerja. Akan sangat membantu apabila kita memiliki sebuah criteria
keefektifan solusi dalam pilihan kita.
4.
Memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali
masalah dan solusi yang dihasilkan seiring dengan waktu
Sebuah langkah akhir yang penting dalam penyelesaian
masalah adalah untuk memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali
permasalahan-permasalahn secara berkala. Orang-orang yang merupakan penyelesai
masalah yang baik cenderung lebih termotivasi dibandingkan orang kebanyakan
untuk meningkatkan kinerja dimasa lalu dan untuk membuat konstribusi yang
orisinil.
Salah
satu kunci keberhasilan untuk menjadi seseorang penyelesai masalah yang baik
adalah untuk menyadari bahwa semua orang tidak dapat melakukan semua hal bahwa
setrategi seseorang dan kesimpulan yang dimiliki selalu terbuka untuk
perbaikan. Mudah untuk masuk kedalam sebuah perangkap menjadi terbiasa pada
setrategi tertentu untuk menyelesaikan sebuah masalah. Fiksasi (fixation) melibatkan
penggunaan setrategi terdahulu dan kegagalan untuk melibatkan sebuah masalah
dari susut pandang baru. Contohnya,
keterpakuan fungsional (functional fixedness)
terjadi ketika individu gagal dalam menyelesaikan sebuah masalah karena mereka
terbiasa/terfiksasi pada fungsi yang umum dari sebuah benda.bila anda pernah
memakai sepatu untuk menancapkan paku, maka anda telah mengatasi keterpakuan
fungsional untuk menyelesaikan masalah.
Implikasi-Implikasi
bagi Pengajaran
Kaitan antara pembelajaran dan pemecahan soal
memperlihatkan bahwa siswa bisa mempelajari setrategi dan menjadi pemecah
masalah yang lebih baik. Ada nilai tambah tersendiri, untuk informasi yang
dihubungkan dengan memori, paling tepat dengan mengintegrasikan pemecahan
masalah dengan konten akademik disbanding pemecahan masalah dengan
program-program yang berdiri terpisah(Schunk, 2012).
Andrea (1986) membuat beberapa solusi yang diambil
dari berbagai teori dan penelitian sehingga akan bermanfaat dalam melatih
kemampuan pemecahan masalah siswa, kususnyakarena saran-saran tersebut mewakili
produksi dalam memori(Schunk, 2012).
·
Memberikan
representasi metafora kepada siswa
·
Menggunakan
pertanyaan
·
Berikan contoh
·
Koordinsikan ide
·
Gunakan
pembelajaran penemuan
·
Berikan
deskripsi verbal
·
Ajarkan
setrategi belajar
·
Gunakan kelompok
kecil
·
Mempertahankan
iklim psikologi positif
Daftar Pustaka
Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum,Penerbit Andi: Yogyakarta.
Schunk, Deke H., 2012. Lerning Theiries An Educational Perspective Teori-Teori Pembelajaran:
Perspektif Pendidikan,Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
King,
Laura A., 2012. Psikologi Umum: Sebuah
Pandangan Apresiatif/Laura A. King, Salemba Humanila: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Write komentar