Minggu, 17 Maret 2013

PROBLEM SOLVING


PROBLEM SOLVING
Problem Solving adalah sebuah usaha untuk menemukan cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan ketika tujuan tersebut tidak langsung diraih (Laura A. King, 2010). Secara umum dapat dikemukakan bahwa problem itu timbul apa bila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut, atau juga sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara  das Sein dan das Sollen (Bimo Walgitu, 2005).
Pada dasarnya masalah pastilah memiliki kesamaan tertentu. Masalah memiliki awalan-keadaan saat ini atau tingkat pengetahuan orang yang mampu menyelesaikan masalah. Maslah memiliki tujuan- yaitu apa yang coba didapatka si pemecah masalah. Kebanyakan masalah juga memaksa orang yang akan memecahkan masalah untuk membagi tujuannya menjadi sub-sub tujuan yang ketika dikuasai menghasilkan pencapaian tujuan. Terakhir masalah membutuhkan oprasi kinerja (Schunk, 2012).
Jadi, tidak semua aktivitas pembelajaran mencakup pemecahan masalah. Pemecahan masalah biasanya tidak mencakup ketika kemampuan siswa begitu baik sehingga secaara otomatis melakukan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan, yang muncul dalam berbagai kemampuan dalam ranah yang berbeda. Pemecahan masalah juga tidak mungkin terjadi pada tingkat rendah (mungkin sepele) belajar, dimana siswa tahu apa yang harus dilakukan untuk belajar(Schunk, 2012).
Beberapa perspektif sejarah pada pemecahan masalah diperiksa sebagai latar belakang saat kognitif dilihat, diantaranya: trial and error, pemahaman, dan heuristic (Schunk, 2012).
Trial and error. Penelitian Thorndike (1913) terhadap kucing diantaranya membutuhkan pemecahan masalah. Masalahnya ialah bagaimana meloloskan diri dari kandang. Thorndike menjadikan pemecahan masalh sebagai uji coba. Hewan itu mampu melakukan perilaku tertentu dalam kandang. Dari pengulangan perilaku tersebut, hewan melekukan satu perilaku dan merasakan pengaruhnya. Setelah serangkaian perilaku acak, kucing merespon bahwa dengan membuka palka, akan membuat dia meloloskan diri. Dengan percobaan yang di ulang-ulang , kucing membuat sedikit kesalahan sebelum meloloskan diri, dan waktu yang dibutuhkan dalam memecahkan maslah tersebut semakin sedikit.
Pemahaman. Pemecahan masalah sering diperkirakan melibatkan pemahaman. Walles (1921) mempelajari pemecah masalah besar dan merumuskan empat langkah model sebagai berikut:
·      Persiapan: waktu untuk mempelajari masalah dan mengumpulkan informasi yang mungkin sesuai dengan solusi.
·      Inkubasi: Masa memikirkan masalah, yang mungkin juga mencakup menempatkanmasalah selain untuk sementara waktu.
·      Iluminasi : Sebuah periode wawasan dengan solusi potensial tiba-tiba datang kekesadaran.
·      Verifikasi: Sebuah waktu untuk menguji solusi yang diusulkan untuk memastikan apakah itu benar.
Banyak orang yang mampu menyelesikan masalah menyatakan bahwa mereka memiliki waktu tersenditi untuk memahami maslah tersebut. Watson dan Crick merasakan momen pemahaman saat menemuka struktur DNA. Penelitian yang dilakukan Katona. (1940) menunjukan kegunaan pemahaman dibandingkan hafalan. Dalam sebuah penelitiannya, partisipan diminta untuk mempelajari urutan angka (misalnya 729687451245254). Beberapa mempelajari dengan menghafal sementara yang lain diberikan petunjuk untuk mempelajarinya (misalkan, pikirkan angka-angka kuadrat). Dapat ditunjukan bahwa Partisipan yang menentukan aturan untuk memahami lebih baik dari pada yang menghafal.
Aturan menyebabkan belajar lebih baik dan awet daripada menghafal karena aturan memberikan deskripsi sederhana dari fenomena tersebut sehingga lebih sedikit informasi yang harus dipelajari. Selain itu, aturan membantu mengorganisasikan materi. Untuk mengingat kembali informasi, kita ingat aturan dan kemudian mengisi detailnya. Sebaliknya, menghafal mengharuskan kita mengingat lebih banyak informasi. Menghafal umumnya tidak efisien karena situasi yang paling memiliki beberapa susunan (Wertheimer, 1945). Masalah diselesaikan dengan menemukan susunani situasi dan hubungan dari unsur-unsur untuk memecahkan masalah. Dengan mengatur dan menata ulang elemen tersebut, partisipan akhirnya mendapatkan pemahaman menuju solusi.
Köhler (1926) melakukan penelitian yang sangat baiik mengenai pemecahan masalah dengan kera di pulau Tenerife selama Perang Dunia I. Dalam satu percobaan, Köhler menempatkan pisang diluari jangkauan kera dalam sangkar, kera bisa mengambil pisang dengan menggunakan tongkat panjang atau dengan meletakkan dua tongkat bersama-sama. Köhler menyimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah menggunakan pemahaman: Hewan mengamati situasi, tiba-tiba "melihat" sarana untuk mencapai tujuan, dan mengujinya. Usaha pertama gagal karena dia mencoba strategi yang tidak efektif (Misalnya, melemparkan tongkat di pisang). Akhirnya mereka melihat tongkat sebagai perpanjangan lengan mereka dan itu tepat.
Penghambat dalam pemecahan masalah adalah functional fixedness, atau ketidakmampuan menerima gegunaan yang berbeda bagi objek-objek atau konfigurasi elemen baru pada sebuah situasi (Duncker, 1945).
Penelitian psikologi menunjukan empat langkah dalam proses pemecahan masalah, diantaranya (Laura A. King, 2010) :
1.   Menemukan dan membatasi masalah.
2.   Mengembangkan setrategi-setrategi pemecahan masalah yang baik.
3.   Mengevaluasi solusi- solusi.
4.   Memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali masalah dan solusi yang dihasilkan seiring dengan waktu.
Mari kita menelusuri bagaimana tiap-tiap langkah memberikan sumbangan untuk memecahkan masalah.
1.   Menemukan dan membatasi masalah.
Seperti apa yang dikatakan di awal, memahami atau menyadari adanya sebuah permasalahan adalah langkah pertama untuk munculnya solusi. Menemukan dan membuat batasan permasalahan seringkali proses bertanya dengan cara-cara yang kreatif dan melihat apa yang tidak dilihat orang lain. Seperti halnya para penemu yang melihat masalah yang semula tidak dianggap masalah oleh orang lain: siapa yang membutuhkan leptop?, sebuah telephon?, sbuah i-ped?, sebuah lampu bohlam?, jawabanya adalah setiap orang (setidaknya untuk saat ini), namun hanya orang yang visioner ini yang dapat melihat masalah yang dapat diatasi, sementara orang kebanyakan cukup puas dengan kenyataan saat itu. Mengenali masalah melibatkan proses menyadari pengalaman dan keterbukaan terhadap pengalaman itu sendiri. Hal ini juga berarti mendengarkan secara seksama pada suara-suara yang ada dikepala yang terkadang menyampaikan, “pasti ada cara yang lebih baik.”
2.   Mengembangkan setrategi-setrategi pemecahan masalah yang baik.
Diantara sejumlah setrategi yang efektif, ada beberapa metode yaitu: membuat tujuan-tujuan lebih kecil (subgoaling), algoritma, heuristic.
Membuat tujuan-tujuan lebih kecil (subgoaling). Melibatkan tujuan-tujuan jangka menengah atau mendefinisikan masalah masalah jangka menengah yang memberikan anda situasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan atau solusi akhir. Misalkan saat anda menulis makalah pada kelas psikologi pembelajaran. Maka anda akan membuat tujuan-tujuan yang lebih kecil untuktugas ini. Bila makalah tersebut harus diselesikan selama satu minggu, maka hari pertama anda akan mencari referensi berupa jurnal penelitian serta buku-buku referensi yang terkaid dengan tugas anda. Dan esok harinya anda bisa menghasilkan draf pertama danseterusnya sebelum tanggal pengumpulan. ketika itu, anda menetapkan tujuan-tujuan yang lebih kecil untuk memenuhi tanggat waktu yang ditentukan, anda bekerja kearah yang berlawanan.bekerja kearah yang berlawanan dengan menentukan tujuan-tujuan yang lebih kecil yang paling dekat dengan tujuan akhir, dan kemudian bekarja kebalakang hingga mencapai titik terdekat dengan tahapan awal  untuk menyelesaikan masalah.
Algoritma (algorithms) adalah setrategi-setrategi yang menjamin solusi untuk masalah. Algoritma- algoritma dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti Rumus-Rumus, industry danmenguji segala kemungkinan solusi. Kita sering menggunakan setrategi algoritma dengan memasak (dengan mengikuti Resep) dan mengemudi (dengan mengikuti petunjuk arah ke sebuah alamat).
Setrategi algoritma dapat memakan waktu yang lama. Duduk di hadapan setumpukan huruf dalam permainan Scrabble, anda mungkin akan diri anda tengah mengarahkan batu-batu huruf dan mencoba semua kemungkinan kombinasi untuk menghasilkan kata yang bernilai benar. Mencoba semua kombinasi yang mungkin adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Kendati demikian sebaiknya algoritma digunakan pada pemecahan masalah yang mempunyai kemungkinan yang terbatas.
Heuristik (heuristics). Adalah setrategi-setrategi yang menggunakan jalan pintas atau panduan yang mengarahkan, namun tidak nenjamin sebuah solusi untuk setiap masalah. Dalam permainan Scrable anda mungkin juga dapat menggunakan dasar mengenai kata-kata dan bahasa, beberapa aturan sederhana tentang apa yang bisa diletakkan bersebelahan. Anda tahu bahwa bila anda memiliki huruf q, anda akan membutuhkan huruf u. bila anda memiliki huruf x dan sebuah t, maka kemungkinan besar t tidak akan di tempatkan setelah huruf x. Dengan situasi seperti itu, Heuristik menungkinkan kita lebih efisien dalam bekerja disbanding dengan algoritma.
Heuristic merupakan metode umum unruk memecahkan masalah yang menggunakan perinsip-perinsip (aturan praktis). Daftar oprasi mental Polya (1945/1957) yang mencakup pemecahan masalah, sebagai berikut(Schunk, 2012):
·         Memahami masalah
·         Merancang rencana
·         Menjalankan rencana
·         Melihat kembali
Memahami masalah dengan bertanya : “apa yang tidak anda ketahui?” dan “apa datanya?”, seringkali membantu dalam membuat diagram yang menampilkan informasi yang dibutuhkan. Dalam membuat rencana, memecah masalah menjadi sub-sub tujuan memiliki manfaat, karena tetap memiliki masalah yang sama dan bagai mana menyelesaikannya. Ketika menjalankan rencana memeriksa ketepatan pelaksanaan merupakan hal yang penting. Melihat kembaliberarti memeriksa solusi.
Heuristic umumnya sangat berguna ketika kita bekerja dengan konten yang tidak dikenal. Heuristic itu akan kurang efektif dalam ranah yang telah dikenal, karena ketika kemampuan dalam ranah spesifik berkembang, siswa secara otomatis akan menggunakan pengetahuan procedural yang ada(Schunk, 2012).
3.   Mengevaluasi solusi- solusi
Sesudah kita berfikir bahwa kita telah menyelesaikan sebuah masalah, kita tidak akan tahu seberapa efektifnya solusi yang kita gunakan, sampai kita menemukan hal itu bekerja. Akan sangat membantu apabila kita memiliki sebuah criteria keefektifan solusi dalam pilihan kita.
4.   Memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali masalah dan solusi yang dihasilkan seiring dengan waktu
Sebuah langkah akhir yang penting dalam penyelesaian masalah adalah untuk memikirkan kembali dan mendefinisikan kembali permasalahan-permasalahn secara berkala. Orang-orang yang merupakan penyelesai masalah yang baik cenderung lebih termotivasi dibandingkan orang kebanyakan untuk meningkatkan kinerja dimasa lalu dan untuk membuat konstribusi yang orisinil.

Salah satu kunci keberhasilan untuk menjadi seseorang penyelesai masalah yang baik adalah untuk menyadari bahwa semua orang tidak dapat melakukan semua hal bahwa setrategi seseorang dan kesimpulan yang dimiliki selalu terbuka untuk perbaikan. Mudah untuk masuk kedalam sebuah perangkap menjadi terbiasa pada setrategi tertentu untuk menyelesaikan sebuah masalah. Fiksasi (fixation) melibatkan penggunaan setrategi terdahulu dan kegagalan untuk melibatkan sebuah masalah dari susut pandang baru. Contohnya, keterpakuan fungsional (functional fixedness) terjadi ketika individu gagal dalam menyelesaikan sebuah masalah karena mereka terbiasa/terfiksasi pada fungsi yang umum dari sebuah benda.bila anda pernah memakai sepatu untuk menancapkan paku, maka anda telah mengatasi keterpakuan fungsional untuk menyelesaikan masalah.
Implikasi-Implikasi bagi Pengajaran
Kaitan antara pembelajaran dan pemecahan soal memperlihatkan bahwa siswa bisa mempelajari setrategi dan menjadi pemecah masalah yang lebih baik. Ada nilai tambah tersendiri, untuk informasi yang dihubungkan dengan memori, paling tepat dengan mengintegrasikan pemecahan masalah dengan konten akademik disbanding pemecahan masalah dengan program-program yang berdiri terpisah(Schunk, 2012).
Andrea (1986) membuat beberapa solusi yang diambil dari berbagai teori dan penelitian sehingga akan bermanfaat dalam melatih kemampuan pemecahan masalah siswa, kususnyakarena saran-saran tersebut mewakili produksi dalam memori(Schunk, 2012).
·         Memberikan representasi metafora kepada siswa
·         Menggunakan pertanyaan
·         Berikan contoh
·         Koordinsikan ide
·         Gunakan pembelajaran penemuan
·         Berikan deskripsi verbal
·         Ajarkan setrategi belajar
·         Gunakan kelompok kecil
·         Mempertahankan iklim psikologi positif




Daftar Pustaka

Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum,Penerbit Andi: Yogyakarta.
Schunk, Deke H., 2012. Lerning Theiries An Educational Perspective Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan,Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
King, Laura A., 2012. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif/Laura A. King, Salemba Humanila: Jakarta.

Tidak ada komentar:
Write komentar