Senin, 11 Maret 2013

LEGENDA DESA MOJOLAWARAN


LEGENDA DESA MOJOLAWARAN

Desa Mojolawaran beralamatkan di jalan Gabus Tlogoayu KM. 2. merupakan salah satu dari 24  desa di Kecamatan Gabus. Termasuk wilayah ex Kawedanan Kayen, Kabupaten Pati.
Dipertengahan desa ada dua makam. Makam tersebut menjadi pepunden yang mana setiap orang yang punya hajad sering berdoa dan membaca tahlil dimakam tersebut, mohon kepada Allah Swt agar hajadnya dikabulkan . Makam yang sebelah utara disebut makam “ Nyai Ratu” dan disampingnya ada batu besar yang disebut “ Watu Bobot” . Konon barang siapa yang bisa mengangkat batu tersebut sendirian bisa kaya.
Makam yang sebelah selatan kumpul dengan makan desa adalah makam ”Tuan Sokolangu”, sekarang diabadikan namanya menjadi Yayasan Pendidikan ”Tuan Sokolangu”.
Konon zaman dahulu ada sebuah padepokan yang terletak dibumi telon yaitu sebidang kampung diperbatasan tiga desa yaitu desa Mojolawaran terletak disebelah selatan, desa Sambirejo disebelah barat laut, Sugihrejo disebelah Timur. Yang sekarang masih ada bekasnya yaitu sumur / belik yang selalu keluar sumbernya meskipun kemarau panjang.
Di situlah ada Padepokan ( Perguruan ) yang membimbing tentang agama Islam , bela diri dan kesenian. Yang diasuh oleh Kyai Gusti dan istrinya Nyai Ageng Bumi Telon, Kyai Gusti dimakamkan di makam Kuryokalangan tempel, yang dulu masih termasuk desa Mojolawaran Untuk memudahkan Geografi perbatasan adalah jalan raya Gabus Tlogoayu, yang sebelah selatan diikutkan desa Kuryokalangan, sehingga sisebut Kuryoklangan tempel (Mulai dari perbatasan Sugihrejo sampai sungai Jetis ) . Muridnya sangat banyak dari segala penjuru terdiri dari putra dan putri, yang mempunyai anak putra dan putri yang sulung bernama : Kyai Alim, Penggede Kinjeng., Penggede Plumbungan, Penggede Somalang dan yang bungsu seorang putri yang cantik yang bernama ”Dewi Lanjar Sari” dan terkenal dengan nama Siti Rohmah.
Kyai Alim bertugas mengajar dan memperdalam agama, bela diri dan kesenian. Penggede Kinjeng., Penggede Plumbungan, Penggede Somalang membantunya.
Dewi Lanjar Sari mengajar mengaji pada putra-putri, kesenian, memasak dan lain-lain ketrampilan wanita.
Pada suatu hari Dewi Lanjar Sari memasak entah kurang apa Ibunya marah. Dia dipukul pakai Entong ( alat untuk mengeduk nasi ) dikepalanya. Dia ngambek langsung meninggalkan rumah tanpa arah dan tujuan. Sehari, dua hari, seminggu, sebulan dan seterusnya berjalan kaki kearah Barat Daya. Dia makan seadanya dengan membantu orang-orang yang dijumpainya dengan upah sekedar makan dan minum. Dari orang keorang lain terus melanjutkan perjalanannya. Pada suatu hari Dewi Lanjar Sari lelah sekali dan istirahat melepaskan lelah dibawah pohon.
Konon pada suatu ketika Raja Mataram ( entah raja siapa tidak mengerti ) sedang ameng – ameng (berjalan-jalan) mengelilingi daerah kekuasaannya yang diiringi oleh pejabat-pejabat kerajaan, dayang – dayang serta para prajurit. Dengan rasa terkejut sang Prabu melihat seberkas sinar yang datang dari jauh, dan sang patih disuruh menyelidiki dan melaporkan sinar apa tersebut.
Beberapa saat kemudian setelah sang patih menemukan apa yang menjadi sumber sinar tersebut dilaporkan pada raja bahwa sinar tersebut berasal dari putri yang cantik yang bernama : Dewi Lanjar Sari yang tidak mempunyai tempat tinggal yang berkelana tidak punya arah dan tujuan . Akhirnya sang Prabu berpendapat bahwa wanita tersebut orang yang sakti dan berketurunan orang yang berilmu tinggi. Akhirnya wanita tersebut diambil Garwo Selir oleh sang Prabu. Sejak itu dia terkenal dengan nama : Nyai Ratu.
Di kerajaan dia memberi pelajaran menari dan ketrampilan yang lain pada wanita – wanita keluarga kerajaan. Para istri Raja dan keluarga kerajaan semuanya sayang kepadanya .
Lain ceria, ibunya sedih karena ditinggal oleh anak yang disayanginya dengan berbulan-bulan, bertahun-tahun tak ada kabar berita entah masih hidup atau sudah mati. Semua anaknya dipanggil untuk menghadap ibunya yang sedang galau itu. Setelah berkumpul semua anaknya diberi tugas untuk mencari dan menjemput Dewi Lanjar Sari, dan printahnya jangan  pulang kalau belum bertemu dan membawa pulang bersamanya. Setelah berunding empat orang anaknya tersebut membagi arah yaitu ke Barat, ke Timur, ke Utara dan ke Selatan.
Karena Dewi Lanjar Sari kesenangannya hiburan yang bernama ”Topeng Lengger” maka ke empat kakaknya tersebut mencari sambil berkesenian Topeng Lengger.
Kesenian Topeng Lengger yaitu suatu kesenian dengan alat musik Rebana, kendang, dan jidur. Serta seorang penari yang memakai topeng. Jadi satu rombongan berjumlah 5 orang dan kesemuanya adalah laki-laki, yaitu dengan tugas : 2 orang menabuh rebana, 1 orang kendang, 1 orang menabuh jidur dan seorang lagi menari memakai topeng sambil bernyanyi berupa syair yang bernafaskan agama dan budi pekerti serta cerita para Nabi dan riwayat hidup keluarganya.
Kyai Alim kearah selatan , dan yang lain menyeebar. Dengan kesenian tersebut mereka berharap dapat menjumpai adiknya, karena adiknya sangat menyenangi kesenian tersebut.
Berhari-hari bahkan berbulan-bulan sudah berlalu, belum ada tanda-tanda untuk dapat bertemu dengan adiknya. Akhirnya Kyai Alim sampai di kerajaan Mataram. Kyai Alim bertugas menari dan menyanyikan syair-syair dan yang lain mengelilinginya . Ramai sekali penduduk kerajaan Mataram menontonnya, karena topeng lengger belum pernah ada di wilayah Mataram.
Akhirnya kabar itu sampai di kerajaan , dan Nyai Ratu mohon kepada Sang Prabu untuk mendatangkan kesenian tersebut di kerajaan.
Dengan rasa senang hati Kyai Alim beserta rombongannya datang di kerajaan untuk memainkan keseniannya. Kerabat kerajaan dan para punggawa kerajaan semuanya duduk dibalai agung untuk menyaksikan pertunjukan yang belum pernah dilihat dengan gaya musik yang serba sederhana tapi mengagumkan apalagi penarinya yang bertopeng sambil melagukan irama syair yang berbau agama , nasehat dan riwayat hidupnya.
Kyai Alim terperanjat melihat adiknya yang bersejajar bersama-sama para garwo selir sang Prabu. Kyai Alim membawakan syair yang mengisahkan cerita tentang pribadinya bersama saudara-saudaranya sampai perginya Dewi Lanjar Sari setelah dimarahi oleh Ibunya. Para yang hadir terpesona mendengarkan cerita tersebut, bahkan Nyai Ratu menjerit dan menangis sejadi–jadinya. Setelah ditanya oleh Sang Prabu dia mengataakan bahwa itu adalah kisahnya sendiri. Akhirnya dia mengetahui bahwa yang menari itu adalah kakak kandungnya.
Setelah bercakap-cakap untuk mengobati rindunya Kyai Alim mohon kepada Sang Prabu, adiknya dibawa pulang sebentar kira-kira satu atau dua bulan. Sang Prabu mengijinkannya tapi hanya satu atau dua bulan saja. Akhirnya Kyai Alim serta rombongannya dan diiringi Nyai Ratu serta para dayang–dayang pulang.
Sampai dirumah Ibunya, ternyata ibunya telah meninggal . Satu demi satu yang bertugas datang tidak membawa hasil (Penggede Kinjeng., Penggede Plumbungan, Penggede Somalang) .
Baru beberapa saat kurang lebih satu bulan berkumpul dengan saudaranya dan para murid – muridnya bersenang – senang karena sangat rindu kepada dewi Lanjar Sari yang sudah di kenal dengan Nyai Ratu kemudian Nyai Ratu tiba-tiba sakit dan meninggal.
Sang Prabu merasa kecewa karena sudah berbulan-bulan karena Nyai Ratu belum dikembalikan. Kemudian sang Prabu mengirimkan utusan yang diiringi beberapa prajurit untuk menjemput Nyai Ratu. Sampai di desa, utusan sang prabu diberitahu oleh Kyai Alim bahwa Nyai Ratu sudah meninggal . Dan akhirnya para utusan marah serta memukuli Kyai Alim beserta murid–muridnya . Dengan susah payah Kyai Alim menyadarkan tapi tidak percaya . Akhirnya timbul peperangan antara utusan dari Mataram dengan Kyai Alim beserta murid–muridnya.
Dengan kesaktian Kyai Alim batu besar untuk alas kaki berwudlu di perintahkan untuk mengejar dan menanggulangi dari kemarahan utusan dari Mataram tersebut .
Akhirnya utusan dari Mataram mati semua karena tergilas oleh Watu Bobot tersebut , yang di mantrai oleh Kyai Alim.
Maka sampai sekarang watu bobot tersebut ditempatkan disamping makam Nyai Ratu. Dan Kyai Alim terkenal dengan nama TUAN SOKOLANGU, karena dia selalu membawa tongkat yang terbuat dari kayu sokolangu.
Disebut desa Mojolawaran karena benteng padepokan terdiri dari kayu Mojo yang buahnya besar – besar seperti buah jeruk yang rasanya pahit. kata Lawaran karena Tuan Sokolangu mengembalikan ( menyerang dan menangkis )kemarahan utusan Mataram tidak dengan tenaganya tapi di biarkan begitu saja hanya watu bobotlah yang menangkisnya. Pernah suatu ktika watu bobot digunakan untuk peper (cewok) orang, akibatnya badannya bengkak – bengkak dan akhirnya meninggal.
Adat istiadat sampai sekarang :
1. jika di desa Mojolawaran ada perawan tua asalkan mau merantau pasti mendapat jodoh .
2. ketika sedekah bumi, tidak diperkenankan di buatkan pertunjukkan yang aneh – aneh, cukup dengan tahlilan, membaca sejarah Nabi Muhammad SAW ( Berjanjean) dan solawatan . Dan malam harinya dengan Rebana.
Konon pernah diadakan wayang kulit dan dalangnya meninggal mendadak disambar petir dan ada ular  besar yang menjatuhi pangkuan dalang, terus bubar.

Sumber legenda desa Mojolawaran ini dari sesupuh desa yang tertua :
1.     Mbah Mumbari
2.    Mbah Ngasngari
3.    Mbah Abu
4.    Mbah Mani Seno
5.    Mbah Surat Mentrik
Walluhu A`lam.

1 komentar:
Write komentar